Halaqahyang ke-42 dari Silsilah 'Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Fadhlul Islām yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb rahimahullāh. Beliau rahimahullah mengatakan. عن الحارث الأشعري رضي الله عنه عن النبي ﷺ أنه قال: آمركم بخمس الله أمرني بهن السمع، والطاعة
Halaqahyang ke-42 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang "Memperbanyak Al-Hasanah (kebaikan) dan Menghilangkan As-Sayyi'ah (dosa) Bagian yang ke 2" itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu pada halaqah selanjutnya.
UmatIslam yang beriman kepada Allah dan meneladani Asmaul Husna Al Muqtadir artinya ia akan menyadari bahwa sesuatu yang terjadi, baik peristiwa, perubahan, dan keaadaan hidup manusia telah ditentukan oleh Allah SWT. Maka dari itu, manusia yang beriman akan menyerahkan dan meyakini semuanya atas ketentuan Allah. (brl/lea)
Halaqahyang ke-42 dari Silsilah Berimān Kepada Hari Akhir adalah tentang"Keadaan Manusia Ketika Hisāb". Ada di antara manusia yang kelak akan sulit hisābnya, ada yang mudah, dan ada di antara mereka yang sama sekali tidak dihisāb. Orang-orang kāfir menurut pendapat yang lebih kuat meskipun amalan mereka adalah amalan yang sia-sia
Halaqahyang ke-42 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang "Memperbanyak Al-Hasanah (kebaikan) dan Menghilangkan As-Sayyi'ah (dosa) Bagian yang ke 2" Di antara cara memperbanyak Al-Hasanah dan menghilangkan As-Sayyi'ah (dosa) Yang ketiga memanfaatkan kenikmatan Allah yang telah diberikan kepada kita semaksimal mungkin.
Materiyang diajarkan di Silsilah Ilmiyyah 5 ~ Beriman Kepada Hari Akhir. HSI 05 ~ Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir Bagian 1. • Halaqah 01 Makna dan Dalil Beriman Kepada Hari Akhir. • Halaqah 02 Bekal Perjalanan Menuju Negeri Akhirat. • Halaqah 03 Menjalankan Perintah Allah Bekal Menuju Akhirat.
KafWqJG. 👤 Ustadz Abdullāh Roy, MA 📗 Silsilah Ilmiyyah Beriman Kepada Hari Akhir 🔊 Halaqah 40 Keadilah Allāh Ketika Hisab Bagian 02 🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁 🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍 KEADILAN ALLAH KETIKA HISAB BAGIAN 2 السلام عليكم ورحمة الله وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين ☪ Halaqah yang ke-40 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang Keadilah Allāh Ketika Hisab Bagian 02. Di antara keadilan Allah ketika hisab, 4⃣ Bahwasanya kebaikan dan kejelekan sekecil apapun yang disembunyikan di dalam hati maupun yang dinampakkan akan didatangkan oleh Allah Tidak ada manusia yang di dzolimi karena kebaikan yang terlupakan atau karena kejelekan yang tidak dia lakukan. Allah berfirman فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرً۬ا يَرَهُ ۥ ٧ وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ۬ شَرًّ۬ا يَرَهُ ۥ ٨ Maka barang siapa yang mengamalkan kebaikan seberat atom sekalipun dia akan melihatnya. Dan barang siapa yang mengamalkan sebuah kejelekan seberat atom sekalipun akan melihatnya. Az-Zalzalah 7-8 5⃣. Di antara keadilan Allah ketika hisab, bahwasanya seseorang tidak akan memikul dosa orang lain. Allah berfirman وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ۬ وِزۡرَ أُخۡرَىٰۚ “Dan sebuah jiwa tidak akan menanggung dosa jiwa yang lain.” Al-An’am 164 Kecuali apabila seseorang mengajak kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa orang yang mengikutinya dalam kesesatan orang tersebut. Rasulullah ﷺ bersabda, وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثَمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا Barang siapa yang mengajak kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa orang yang mengikutinya. Tidak berkurang dari dosa mereka sedikitpun HR. Muslim. 6⃣. Di antara keadilan Allah masing-masing kita akan dipersilahkan melihat sendiri isi kitabnya. Allah berfirman وَنُخۡرِجُ لَهُ ۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ ڪِتَـٰبً۬ا يَلۡقَٮٰهُ مَنشُورًا ١٣ ٱقۡرَأۡ كِتَـٰبَكَ كَفَىٰ بِنَفۡسِكَ ٱلۡيَوۡمَ عَلَيۡكَ حَسِيبً۬ا ١٤ مَّ “Dan Kami akan keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab dalam keadaan terbuka. Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu pada hari ini yang menghisab dirimu sendiri.” Al-Isra’ 13-14 7⃣. Di antara keadilan Allah, Allah akan mendatangkan para saksi supaya tidak ada alasan bagi manusia. Didatangkan para Rasul yang akan bersaksi atas umatnya, bahwasanya mereka sudah menyampaikan. Allah berfirman فَكَيۡفَ إِذَا جِئۡنَا مِن كُلِّ أُمَّةِۭ بِشَهِيدٍ۬ وَجِئۡنَا بِكَ عَلَىٰ هَـٰٓؤُلَآءِ شَہِيدً۬ا “Maka bagaimana jika Kami datangkan seorang saksi dari setiap umat dan Kami akan datangkan dirimu sebagai saksi atas mereka.” An-Nisa 41 Malaikat akan menjadi saksi. Allah berfirman وَجَآءَتۡ كُلُّ نَفۡسٍ۬ مَّعَهَا سَآٮِٕقٌ۬ وَشَہِيدٌ۬ “Dan akan datang setiap jiwa bersamanya para Malaikat yang menuntun dan Malaikat yang menjadi saksi.” Surat Qaaf 21 Bahkan anggota badan manusia akan menjadi saksi di hari kiamat. Allah berfirman ٱلۡيَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلَىٰٓ أَفۡوَٲهِهِمۡ وَتُكَلِّمُنَآ أَيۡدِيہِمۡ وَتَشۡہَدُ أَرۡجُلُهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ “Pada hari ini akan Kami tutup mulut-mulut mereka dan tangan-tangan mereka akan berbicara dengan Kami. Dan kaki-kaki mereka akan menjadi saksi atas apa yang telah mereka lakukan” Yaasin 65 Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya. وبا لله التوفيق والهداية و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته Saudaramu, Abdullāh Roy Di kota Al-Madīnah 🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁 🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍
🎙 Ustadz Dr. Abdullah Roy, حفظه لله تعالى 📗 Silsilah Al-Ushulu Ats-Tsalasah سم اللّه الرحمن الرحيم السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه Halaqah yang ke-42 dari Silsilah Ilmiyyah Penjelasan Kitāb Al-Ushūlu Ats-Tsalātsah wa Adillatuhā 3 Landasan utama dan dalīl-dalīlnya yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb bin Sulaimān At Tamimi rahimahullāh. Beliau rahimahullāh mengatakan وأدناها إماطة الأذى عن الطريق Cabang-cabang keimanan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dijalan. ⇒ Cabang yang paling bawah adalah yang paling kecil pahalanya yaitu menyingkirkan gangguan di jalan. Contoh Seseorang melihat dijalan ada sesuatu yang bisa membuat ban bocor atau ada sesuatu yang dikhawatirkan terkena kaki seseorang atau ada lubang yang dikhawatirkan bila ada sepeda lewat bisa jatuh. Kemudian dia singkirkan gangguan tersebut, jika dia melakukannya dengan mengharap pahala dari Allāh, maka dia akan mendapatkan pahala, meskipun pahalanya kecil. Menyingkirkan gangguan di jalan adalah cabang keimanan yang paling rendah namun jangan beranggapan bahwa orang yang tidak menyingkirkan gangguan di jalan dia tidak memiliki keimanan. JANGAN dipahami demikian ! Jika cabang keimanan yang paling rendah saja dia tidak punya menunjukkan dia telah keluar dari Islām. JANGAN dipahami demikian ! Pemahaman yang benar wallāhu ta’āla a’lam adalah seperti yang tadi kita sebutkan bahwasanya menyingkirkan gangguan di jalan adalah cabang keimanan yang pahalanya paling kecil dan TIDAK berarti orang yang tidak melakukannya kemudian dia keluar dari Iman atau keluar dari Islām. Banyak diantara kita umat Islām ketika melihat sesuatu yang menganggu orang lain di jalan dia biarkan saja. Bahkan dia sendiri yang menjadi penyebabnya menganggu orang lain misalnya dengan parkir sembarangan. Perkara ini tidak diajarkan di dalam agama Islām ! √ Ketika sedang kajian jangan kita parkir sembarangan. √ Jangan sampai kotoran dari rumah kita menganggu orang lain di jalan. Orang beriman memiliki perasaan jangan sampai dia menjadi sebab terganggunya orang lain di jalan. Ketika kita melihat gangguan di jalan yang bisa menganggu orang lain kita diperintahkan untuk menyingkirkan. Dan kita diperintahkan untuk tidak menjadi sebab terganggunya orang lain dijalan. Apakah yang kecil ini Allāh sia-siakan di akhirat? Tidak. فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًۭا يَرَهُ “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasan nya.” QS. Al-Zalzalah 7 مَن جَآءَ بِٱلْحَسَنَةِ فَلَهُۥ عَشْرُ أَمْثَالِهَا “Orang yang datang membawa kebaikan di akhirat maka baginya pahala sepuluh kali lipat amalnya.” QS. Al-An’ām 160 Bukan semuanya kemudian dilipat-gandakan hanya 10 kali. Tidak Allāh akan lipat-gandakan sesuai dengan kehendaknya, di lihat dari keikhlāsan, kesungguhannya dan mutaba’ahnya, mungkin bisa 20, 50, 100 sampai 700 bahkan bisa lebih. Disebutkan di dalam hadīts بَيْنَما كَلْبٌ يُطيف بِركِيَّةٍ قَدْ كَادَ يقْتُلُه الْعطَشُ إِذْ رأتْه بغِيٌّ مِنْ بَغَايا بَنِي إِسْرَائيلَ، فَنَزَعَتْ مُوقَهَا فاسْتَقت لَهُ بِهِ، فَسَقَتْهُ فَغُفِر لَهَا بِهِ “Telah diampuni seorang wanita pezina yang lewat di depan anjing yang menjulurkan lidahnya pada sebuah sumur. Dia berkata, “Anjing ini hampir mati kehausan”. Lalu dilepasnya sepatunya lalu diikatnya dengan kerudungnya lalu diberinya minum. Maka diampuni wanita itu karena memberi minum.” Allāh melihat keikhlāsan wanita ini, dia melakukannya tanpa ada seorangpun yang melihat tanpa seorang pun yang memuji, dia lakukan karena Allāh, sehingga Allāh mengampuni dosa-dosanya. Dosa berzina adalah dosa besar, dilakukan bukan hanya sekali atau dua kali tapi ini dijadikan sebagai mata pencaharian tapi Allāh mengampuni dosanya dengan sebab keikhlāsan menolong seekor anjing yang kehausan. Ini adalah syahid terkadang amalan yang kecil jika kita sertai dengan keikhlasan maka akan menjadi pahala yang besar disisi Allāh. Kemudian setelahnya beliau menyebutkan cabang-cabang keimanan yang berada diantara yang tinggi dan yang rendah. Beliau rahimahullāh mengatakan والحياء شعبة من الإيمان “Dan rasa malu adalah cabang dari keimanan” Darimana kita tahu bahwasanya hayāa حياء Ini bukan yang a’lā أعلا bukan juga yang adna أدن. Tapi dia ada diantara yang a’lā dan adna, dia adalah salah satu diantara cabang-cabang keimanan. Nabi shallallāhu alayhi wa sallam tidak menyebutkan apakah rasa malu ini ada di nomor 60 atau 50 atau 40 yang jelas dia adalah satu diantara cabang-cabang keimanan. Yang dimaksud dengan malu disini adalah malu yang menyebabkan seseorang menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allāh. Misalnya √ Malu karena jahil terhadap agamanya kemudian dia belajar √ Malu menjadi seorang laki-laki yang shalāt nya dirumah terus akhirnya dia shalāt berjam’ah di masjid. √ Malu kepada Allāh karena sudah diberi nikmat tetapi nikmat tersebut digunakan untuk kemaksiatan. √ Malu kepada Allāh yang telah memberinya rezeki misalnya tapi tidak semakin baik amalannya tidak semakin baik ketaatannya. Inilah malu yang merupakan cabang keimanan malu yang terpuji. Adapun malu yang menjadikan seseorang meninggalkan perintah Allāh Seperti misalnya √ Ana malu untuk berjilbab nanti dikatakan sok suci. √ Ana malu kalau ke masjid nanti dikatakan sok Shālih. √ Ana malu kalau menghadiri majelis ilmu. √ Ana malu kalau di dalam bus baca Al-Qur’an. √ Ana malu kalau di dalam bus membaca Kitāb agama. Maka ini adalah rasa malu yang tercela dan bukan merupakan cabang dari keimanan. Rasa malu yang merupakan cabang keimanan adalah rasa malu yang hasilnya menjadikan seseorang menjalankan perintah Allāh dan menjauhi larangan Allāh. Beliau ingin menjelaskan bahwasanya iman dengan makna umum mencakup amalan dhāhir maupun amalan bathin. Coba antum lihat yang ada di dalam hadīts, بضع وسبعون شعبة Adakah disini amalan yang dhāhir mengucapkan Lā ilāha illallāh ? Apalagi yang dhāhir? إماطة الأذى عن الطريق Adakah amalan yang bathin? الحياء شعبة من الإيمان Ini adalah amalan bathin Ini adalah Iman secara umum mencakup amalan yang dhāhir maupun yang bathin. Demikian yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya Wallāhu Ta’āla A’lam وبالله التوفيق والهداية والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Hadith 42 Ce hadith représente un appel pour les musulmans afin qu'ils se repentent sincèrement auprès d'Allah et qu'ils lui demandent pardon. Leçons Il existe trois moyens ou manières qui permettent à un musulman d'être pardonné par Allah. Le premier moyen se trouve dans les douas ou invocations, ceci sont des supplications auprès d'Allah, leurs vertus sont précisément exprimé par Allah dans la sourate 40 Al Ghafir verset 60 Et votre Seigneur dit "Appelez-Moi, Je vous répondrai." Le Prophète Saw, A déclaré "la supplication est l'essence du culte" Al-Tirmidhi. Le Prophète Saw, A également déclaré "lorsque vous suppliez Allah soyez certain de sa réponse." Le Prophète Saw a assuré que les invocations sont garanties par Allah, aussi il y assiste ou y répond lorsque certaines conditions sont remplies. Dans le même temps il y a d'autres choses que le musulman doit éviter de faire pour que sa supplication ai une réponse. Les conditions de supplication ont été examinées dans les précédents hadiths. La chose la plus importante est la concentration totale et l'attention du cœur et d'être rempli de l'espoir que Dieu répondra à cette doua et de ne pas se pressé ni être impatient. Les musulmans pratiquent régulièrement la supplication parce que c'est un processus continu. Parmi les sujets que le musulman doit prier Allah dans sa supplication sont le fait de demander le pardonn de ses péchés, le fait d'être sauvé de l'Enfer et d'être parmi ceux qui entreront au paradis. Les musulmans ont à faire du'a avec plein d'espoir qu'il y ait une réponse. Allah dit dans un Hadith Qudsi "Je suis ce que Mon serviteur attend de moi." Muslim. Le Prophète, Saw Dit dans un autre hadith Aucun musulman qui supplie en invocation, qui ne commet pas de péchés ou me coupe pas les liens avec son entourage,, Allah lui accordera l'une des trois choses soit Allah répondre immédiatement à sa supplication, sinon il lui conservera la récompense pourl'au-delà, ou bien il détournera de lui une quantité équivalente de mal qu'il a pu commettre auparavant il lui en pardonne donc une partie. " Les Compagnons demandèrent qui s'ils continuaient à supplier. Le Prophète Saw', A répondu "Alors Allah vous donnera même les deux." Imam Ahmad. Le second moyen qui nous amène à recevoir le pardon d'Allah est l'Istighfar Demande de pardon, même si quelqu'un a commis beaucoup de péchés. Qu'entend-on par la demande de pardon et l'Istighfar qui est lié à la repentance, qui à son tour, exige également que le musulman abandonne complètement la pratique des péchés commis et qu'il ne persiste plus et se réforme. Istighfar est une forme de culte. Le musulman doit faire et exécuter un grand nombre d'Istighfar tous les jours. Allah nous a ordonné de faire l'Istighfar et a félicité ceux qui effectuent Istighfar. Allah dit dans la sourate 39 al-Zumar verset 53 O Mes serviteurs qui avez commis des excès contre eux-mêmes! Ne désespérez pas de la miséricorde d'Allah. En vérité, Allah pardonne tous les péchés. Certes, il est Pardonneur et Miséricordieux. Il existe de nombreuses formes de Istighfar. Il y a ce que le Prophète, Saw a enseigné à ses compagnons à dire. Il est également rapporté que le Prophète, Saw pratiquait l'isthighfar pour rechercher le pardon d'Allah plus de soixante-dix fois par jour, et, dans certains narration plus de cent fois par jour. Par conséquent, les musulmans sont recommandés et doivent ressentir la nécessaires de faire Istighfar et demander le pardon d'Allah au moins cent fois par jour. La meilleure déclaration du pardon est la déclaration qui est rapporté par le Prophète, Saw, Quand il a dit "O Allah Tu es mon Seigneur. Il n'y a pas d'autre Dieu que Toi. Tu m'as créé et je suis ton serviteur. Je suis ton alliance et la promesse, au mieux de mes capacités. Je me réfugie en Toi de les maux que j'ai fait. je professe pour moi tes bontés sur moi et je confesser mes péchés. Pardonne-moides pêches que j'ai commis contre moi même. " Le Prophète,Saw', Dit Celui qui dit cette déclaration avec certitude à son sujet dans la journée et meurt ce jour-là avant le soir, il est l'un des habitants du Paradis, et quiconque dit cette déclaration avec certitude à son sujet au cours de la nuit et meurt dans la nuit avant la matin, il est l'un des habitants du Paradis. " Al-Bukhari L'Istighfar est recommandé d'être pratiquées par de vrais serviteurs qui recherchent la proximité d'Allah et donc par l'ensemble des est recommandé de le faire le matin, de préférence après la priere al Fajr, et le soir jusqu'au coucher du soleil. Cela devrait faire partie des supplications qu'ils exercent jour et nuit. Allah dit dans Sourate Al Nisa verset 110 Quiconque agit mal ou fait du tort à lui-même, puis aussitôt implore d'Allah le pardon, trouvera Allah Pardonneur et Miséricordieux. La troisième moyen de chercher le pardon d'Allah est le Tawhid qui signifie que le musulman doit adorer Allah seul. Allah doit être adoré sans associer ni lui attribuer quelconque partenaires. Allah dit dans Sourate An Nisa verset 116 Certes, Allah ne pardonne pas qu'on Lui donne des associés. A part cela, Il pardonne à qui Il veut. Quiconque donne des associés à Allah s'égare, très loin dans l'égarement. Parce que le musulman rempli toutes les obligations du Tawhid, il sera pardonné et récompensés Dans un précédent hadith de la collection de l'imam Nawawi des Quarante Hadith, nous avons discuté de l'importance de la réalisation de l'idée de Tawhid où les musulmans aiment ont peur, et glorifient Allah constamment. Par le Tawhid, Les musulmans se réfugier auprès d'Allah et demandent son soutien et son aide. Le Tawhid, signifie que le cœur du croyant devient entièrement consacrée à Dieu. Ce n'est qu'alors que les musulmans seront éclairés, inspirés, et leur Iman ou leur foi seront renforcés et leurs péchés seront pardonnés. Par la réalisation de l'idée de Tawhid, Le musulman réduit également les chances de commettre des péchés parce que son cœur est entièrement consacrée à Dieu. Tawhid est l'essence du message de chaque prophète. Tous les prophètes, paix soit sur eux, ont été envoyés avec le message de Tawhid; Qu'Allah est le seul qui mérite d'être adoré et d'être totalement respectée. Malheureusement, beaucoup de musulmans d'aujourd'hui ne respectent pas la réalisation de Tawhid. Beaucoup de musulmans violent Tawhid, Par exemple, il existe certains groupes de musulmans que de lors de l'abattage d'une bête supplient des musulmans morts. En faisant ces actes ils associent quelque chose à Allah, ils violent les messages les plus importants de l'Islam qu'est la réalisation de Tawhid. Si nous voulons être de bons musulmans envers Allah, nous devrions suivre la voie des awliya ' Allah serviteurs d'Allah. Nous devons suivre leurs habitudes et pratiques mentionnées au hadith 38. Ils avaient des bonnes mœurs, ils ont adoré Allah, le craignaient, avait la conviction totale ou la foi en Allah et en Ses messagers, et ils ont été soumis à Allah et ont suivi ses instructions - ce compris l'exécution de bonnes actions. Cette obéissance a été fondée sur la crainte d'Allah, se repentir à Allah et la soumission à Sa volonté. En outre, ils ont été caractérisés avec un dévouement, d'honnêteté et sincérité. Si nous voulons le faire dans le bon sens nous devrions adhérer à ce qui est mentionné ci-dessus et agir comme les awliya ' Allah quand ils étaient vivants. Allah nous dit dans le Coran que c'était ce qui a conduit le peuple de Noé à se dérober quand ils ont commencé glorifiant et en donnant leurs justes morts un statut plus élevé que ce qu'ils méritaient. Cela les conduit à adorer ces morts plus tard, dans la mesure où certains d'entre eux fait des idoles de ces personnages célèbres. Ceci a finalement conduit à leur destruction par Allah. En raison de malentendus ou de la méconnaissance de l'essence du message de Tawhid, beaucoup de musulmans aujourd'hui effectuent de mauvais actes interdits. Certains d'entre eux peut être dispensé pour une raison ou une autre, mais ce sont des actes terribles qui déplaisent à Allah et à mener à se dérober. C'est très risqué, car beaucoup de musulmans qui tombent dans ces catégories doivent repenser à ce qu'ils font. Ils doivent se repentir à Allah et implorer Son pardon, car Il est l'Unique envers lequel nous devons chercher le pardon. Il est celui qui nous aide et Il est celui que nous devons obéir et compter. La réalisation de Tawhid est très important pour tous les musulmans. Il s'agit de la dernière partie du hadith. En outre, il est le dernier hadith dans la collecte de l'Imam Nawawi. Ceci est très important pour nous que les musulmans depuis cette dernière partie résume la chose la plus importante dans l'Islam et qui est le Tawhid. C'est un message d'Allah à tous les musulmans afin de s'assurer que leurs Tawhid est sincère et pure. Il est important de réaliser qu'il ne faut attribuer aucun partenaires à Allah. Ce faisant, ils sont assurés qu'ils recevront le pardon d'Allah, même s'ils ont commis d'autres péchés. Pour réaliser Tawhid Les musulmans doivent remplir toutes ses obligations envers Allah en mettant pleinement en soumettant à Sa volonté, en l'adorant, lui obéir et à la suite Ses conseils et de la révélation et d'éviter ce qui suit - Éviter toutes formes d'association, Que ce soit dans les paroles ou les actes visibles ou cachés. - Ils devraient aussi éviter de désobéir ou de commettre des péchés parce les péchés affaiblissent le Tawhid. - Éviter Riya ' Faire des choses dans un intérêt mondain non pour l'amour d'Allah. - Les musulmans doivent également éviter les innovations ou les hérésies, car cela conduira à l'affaiblissement de Tawhid. - Éviter toute forme d'hypocrisie spécialement dans les actions répétées qui sont considérés comme des traits de la Munafiqun tels que avoir omis de tenir une promesse, le mensonge, la transgression dans les querelles et les différends. En général, les musulmans doivent éviter tout acte illégal qui mène à la malhonnêteté, la mauvaise foi, et la transgression. Conclusion Ce hadith mentionne trois voies qui mènent au pardon d'Allah. Il convient de noter que ce ne sont pas les seuls moyens. Les érudits musulmans mentionnent d'autres moyens et façons de recevoir le pardon, comme nous l'avons vu dans les précédents hadiths, Comme la persistance dans les difficultés, la mise à l'essai, la maladie, la patience, la torture dans la tombe, le fait d'éviter les péchés majeurs, les situations horribles du Jour du Jugement, le fait de suivre le comportement du ProphèteSaw … Il est possible d'être pardonné de ses péchés en effectuant les piliers de l'Islam, le jeûne des jours spécifiques tels que le jour de l'Achoura et le jour de Arafa, ainsi que et l'intercession Shafa'ah du Prophète, Saw ou Et l'intercession des croyantsqui est subordonnée à l'autorisation d'Allah.
Download audio السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين Halaqah yang ke-42 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang “Memperbanyak Al Hasanah Kebaikan Dan Menghilangkan As Sayyiah Dosa Bagian 2”. Diantara cara memperbanyak Al Hasanah dan menghilangkan As Sayyiah dosa Ke Tiga ✓ Memanfaatkan kenikmatan Allah yang telah diberikan kepada kita semaksimal mungkin. Seperti kenikmatan ilmu agama, kesehatan, waktu luang, harta benda, anggota badan yang lengkap dan sehat, jabatan, kenikmatan teknologi, kecerdasan, kenikmatan berbicara, dan lain-lain. ✓ Menggunakan kenikmatan tersebut di jalan Allah Subhānahu wa Ta’āla dengan niat yang benar yaitu untuk mencari pahala Allah Subhānahu wa Ta’āla. Rasulullah shallallāhu alayhi wa sallam bersabda yang artinya “Dua nikmat yang banyak manusia yang rugi di dalamnya, kesehatan dan waktu luang.” Hadits shahih riwayat Bukhari. Di dalam hadits yang lain Beliau Shalallahu alayhi wassallam mengatakan yang artinya “Sesungguhnya orang-orang kaya, mereka adalah orang-orang yang sedikit hasanahnya pada hari kiamat kecuali orang yang Allah berikan kekayaan kemudian bershadaqah kepada yang ada di kanannya, kirinya, depan, dan belakangnya dan beramal dengan kekayaan tersebut, amalan yang baik Hadits shahih riwayat Bukhari dan Muslim. Ke Empat Memperbaiki amalan supaya diterima di sisi Allah Subhānahu wa Ta’āla. Karena amalan bisa menjadi hasanah bagi seseorang bila diterima di sisi Allah. Dan syarat diterimanya amalan ada 2 yaitu ⑴ Ikhlash ⑵ Sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallāhu alayhi wa sallam. Ke Lima Bertaubat dari dosa yang diiringi dengan iman dan amal shalih. Karena barangsiapa yang melakukan yang demikian itu maka dosanya akan diganti dengan hasanah. Allah Subhānahu wa Ta’āla menyebutkan bahwasanya, • Orang yang menyekutukan Allah Subhānahu wa Ta’āla. • Membunuh jiwa tanpa haq. • Berzina Maka mereka akan mendapatkan adzab yang pedih di hari kiamat, kecuali apabila dia • Bertaubat • Beriman • Mengerjakan amal shalih Maka Allah Subhānahu wa Ta’āla akan mengganti dosa-dosa mereka menjadi sebuah kebaikan. QS Al Furqan 68-70 Ke Enam Memperbanyak istighfar. ⇒ Setiap • Melakukan dosa, atau • Kurang bersyukur atas nikmat, atau • Kurang dalam melakukan kewajiban atau, • Lalai dari mengingat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Rasulullah shallallāhu alayhi wa sallam bersabda طُوْبَى لِمَنْ وَجَدَ فِيْ صَحِيْفَتِهِ اِسْتِغْفَارًاكَثِيْرًا “Tuba bagi orang yang menemukan di dalam kitabnya istighfar yang banyak.” Hadits shahih riwayat Ibnu Majah ⇒ Tuba • Ada yang mengatakan maknanya adalah surga. • Ada yang mengatakan maknanya adalah nama pohon di surga. Ke Tujuh Tidak melakukan amalan yang mengurangi pahalanya. Rasulullah shallallāhu alayhi wa sallam bersabda yang artinya “Aku mengetahui ada sebagian umatku yang akan datang pada hari kiamat dengan membawa hasanah sebesar gunung-gunung Tihamah. Maka Allah Subhānahu wa Ta’āla menjadikan hasanah tersebut seperti debu yang beterbangan. Maka salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallāhu alaihi wa sallam tentang sifat mereka. Maka Rasulullah shallallāhu alayhi wa sallam mengabarkan bahwasanya mereka adalah saudara-saudara kita, shalat malam sebagaimana kita shalat malam, akan tetapi mereka apabila dalam keadaan sendiri dengan sesuatu yang diharamkan, mereka pun melanggarnya. Hadits shahih riwayat Ibnu Majah Itulah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini. والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته Abdullah Roy, Di kota Al Madinah Materi audio ini disampaikan di dalam grup WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy.
🎙 Ustadz Dr. Abdullah Roy, حفظه لله تعالى 📗 Beriman Kepada Hari Akhir السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين Halaqah yang ke-49 dari Silsilah Ilmiyah Berimān kepada hari akhir adalah tentang “Beberapa Kejadian Di Padang Mahsyar Bagian kedua” Di antara kejadian di Padang Mahsyar bahwasanya Allāh akan bertanya kepada para malāikat dan Nabi Īsā. alayhissalām. Allāh menyebutkan di dalam Surat Sabā’ 40-42 Bahwasanya di Padang Mahsyar Allāh akan bertanya kepada para malāikat yang disembah oleh sebagian manusia. Sebagai penghinaan terhadap orang-orang musyrikin yang dahulu menyembah mereka. Apakah mereka ini dahulu menyembah kalian? Para malāikat menjawab “Maha Suci Engkau, Engkau-lah pelindung kami, bukan mereka. Akan tetapi sebenarnya mereka dahulu telah menyembah jinn. Kebanyakan mereka berimān kepada jin tersebut” Maksudnya bahwasanya orang-orang musyrikin ketika menyembah selain Allāh, baik orang shālih, benda mati dan lain-lain, maka pada hakikatnya mereka menyembah jinn, karena yang menyuruh mereka untuk menyekutukan Allāh adalah jinn. ⇒Apabila mereka menaati, berarti mereka telah menyembah jin tersebut. Para malāikatpun tidak berkuasa untuk memberikan manfaat, dan tidak pula mudharat kepada orang-orang yang telah menyembah mereka. Para penyembah malāikat itu pun akan diadzab oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Di dalam Surat Al-Māidah 116-117 Allāh menyebutkan bahwasanya Allāh akan bertanya kepada Nabi Īsā alayhissalām sebagai penghinaan dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla terhadap orang-orang nashrāni yang menjadikan beliau dan ibu-ibu beliau sebagai Tuhan. Wahai Īsā putra Maryam, Apakah engkau dahulu pernah mengatakan kepada manusia, “Jadikanlah aku dan ibuku dua Tuhan selain Allāh ? Īsā alayhissalām menjawab “Maha Suci Engkau tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku untuk mengatakannya”. Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada dirimu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku untuk mengatakannya, yaitu “Sembahlah Allāh Rabb-ku dan Rabb kalian”. Dan aku menjadi saksi atas mereka selama aku hidup, maka setelah Engkau wafatkan atau angkat aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau Maha Menyaksikan segala sesuatu. Demikianlah keadaan para malāikat dan Nabi Īsā alayhissalām. Mereka adalah mahluk yang taat beribadah kepada Allāh. Senang apabila manusia hanya menyembah kepada Allāh dan mereka tidak pernah menyuruh manusia menyembah diri mereka. Demikian pula orang-orang yang shālih dan wali-wali Allāh. Manusia yang terlalu berlebih-lebihan terhadap mereka, √ Mereka membuat patung mereka, √ Mereka memajang gambar mereka, √ Mereka membangun dan menghias kuburan mereka, √ Mereka meyakini bahwasanya mereka mengetahui sesuatu yang ghaib, √ Mereka berdo’a kepada mereka, √ Mereka bepergian jauh untuk berziarah ke makam mereka, √ Mereka beri’tikāf di kuburan mereka, √ Mereka menyerahkan sebagian ibadah kepada mereka, √ Mereka membangun masjid di atas kuburan mereka, atau √ Mereka memasukkan kuburan mereka di dalam masjid, √ Mereka bertawassul dengan do’a mereka setelah mereka meninggal dunia atau menganggap orang-orang shālih tersebut bisa mendekatkan diri mereka kepada Allāh, ini semua termasuk berlebihan. Jangan sampai keadaan seseorang seperti keadaan kaum Nabi Nūh ”alayhissalām yang berlebihan terhadap lima orang shālih yang disebutkan dalam Surat Nūh 23 Atau seperti keadaan sebagian orang yang mengaku mencintai Ali bin Abi Thalib, Fātimah, Hasan, Husain dan sebagian keturunan beliau Radhiyallāhu anhum, kemudian berlebih-lebihan terhadap mereka. Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya. والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
halaqah 42 beriman kepada hari akhir